sebenernya Hasan Tiro itu pahlawan atau penjahat ya?
Ini adalah salah satu komentar Ibuk Chic yang beliau tulis di postingan saya sebelumnya, Selamat datang kembali Mr.Hasan Tiro ., dan ini merupakan sebuah pertanyaan yang sulit untuk di jawab dan di jabarkan .
Dan menurut saya yang bodoh ini, makna PAHLAWAN ataupun PENJAHAT dalam kasus Hasan Tiro ini merupakan sebuah realita subjektif yang mengandung paradoks , memiliki peluang untuk berbeda antara satu dengan lainnya dan ini merupakan sebuah kewajaran yang harus di terima dengan bijaksana .
Diterima karena, kita memiliki alasan tersendiri untuk suka ataupun tidak suka terhadap sesuatu, mendukung ataupun tidak mendukung, percaya atau tidak, dan berbagai macam hubungan kontradiktif lainnya , dan tentunya semua manusia memlki kecenderungan untuk memeiliki pembelaan dalam mendukung sesuatu , dan apapun itu relativitas makna selalu ada …
Dan tentunya tidak semua orang yang sisebut pahlawan di dunia ini diakui sebagai pahlawan secara mutlak oleh konsepsi umum , karena adakalanya George Washington menjadi pahlawan bagi kaum “barbar” kulit putih keturunan Eropah sedangkan dilain sisi ia menjadi penjahat bagi orang Indian Amerika yang tanahnya mereka rampas , ataupun juga jika Geronimo dianggap sebagai pahlawan oleh kaum suku Indian Apache karena ia telah berjuang mati matian mempertahankan tanah airnya dari penjahat Eropa, dan tentunya dalam pandangan kaum eropa ia adalah seorang penjahat dan pemberontak karena telah berani melakukan pertentangan , begitu juga dengan kepahlawanan Teuku Umar bagi orang Aceh, dan tentunya bagi Belanda Teuku Umar merupakan penjahat yang sesunguhnya yang telah menipu mereka, ataupun juga seperti kaum gereja masa pertengahan yang menganggap Galileo sebagai penjahat Agama karena mengakui teori Heliocentris, yaitu sebuah teori yang salah menurut kaum agamawan , sedangkan dari sisi ilmu adalah suatu kebenaran , dan dalam ilmu pengetahuan ia adalah pahlawan nya ,
Dan saya rasa ilustrasi bodoh saya ini menggambarkan realitas subjektifitas itu dalam posisinya memaknai sesuatu , dan ini juga berlaku untuk semua orang yang disebut pahlawan ataupun penjahat , dan saya tekankan lagi bahwa, hal ni tergantung dari segi mana kita melihatnya ….
Dan untuk kasus Hasan Tiro hal ini tentunya juga terjadi, dan kontradiksi ini tak akan bisa dihindari dan tak bisa untuk langsung dihakimi, karena setiap sisi memiliki pembenaran nya masing-masing yang sifatnya personal subjektif, dan tentunya yang harus diutamakan bukanlah perasaan subjektif nya melainkan objektifitas keadilan akan realitas yang sebenarnya ..
Seperti mengutip kata indah dari Mario Teguh,
Bahwa seseorang itu bukan dilihat dari apa yang mereka awali, tetapi apa yang mereka akhiri ,…
dan untuk kasus Hasan Tiro, saya pikir ia telah mengakhirinya dengan sangat arif dan bijak , ia telah rela mengubur cita-cita kemerdekaan bangsanya , sebuah cita cita yang telah ia perjuangkan mati-matian selama puluhan tahun itu ,sebuah cita-cita yang telah menewaskan puluhan ribu manusia-manusia lugu itu , sebuah cita yang telah mengasingkan jasadnya dengan tanah lahirnya , tanah tempat ibunya melahirkannya ,dan menggantinya dengan sebuah penjanjian damai, tentunya dalam hal ini Hasan Tiro tak lagi subjektif dalam memikirkan sesuatu hal, tak lagi memaksakan kehendak nya dan para pengikutnya , dan dengan sangat arif ia mengakui bahwa semua itu harus diakhiri , diakhiri demi kedamaian dan kehidupan yang lebih baik …..
Seperti mengutip sebuah pepatah Aceh yang dibacakan oleh Hamid Awaluddin , MENKUHHAM saat itu yang menjadi Juru runding yang mewakili Pemerintahan Indonesia di Helsinki , Finlandia 15 Agustus 2005 ,
Pat hujeun yang than pirang , pat prang yang than reuda .
Tak ada hujan yang tak pernah reda , dan tak ada perang yang tak pernah berakhir …
Dan Hasan Tiro sangat mengerti akan penghayatan kata-kata sederhana ini , dan ia telah merealisasikannya , tentunya ini menjadi ending yang indah dari proses pergulatan kedewasan seorang manusia ……. Dan ia telah mengakiri nya dengan elegant ….
kini terserah anda saja menilainya sebagai apa, apakah sebagai penjahat ataukah pahlawan , pecundang atau pemenang , sebagai pihak yang menang ataupun kalah ? itu semua terserah anda , …. Dan saya harap kita menjadi cukup bijak dalam menilai hal ini , menilai sesuatu dengan hati nurani dan tanpa rasa iri dan benci …..
Terkadang juga kemenangan seorang pahlawan itu tak selalu harus di tampakkan dengan perlawanan dan kemerdekaan , tetapi cukup dengan sedikit keihklasan dan kebijaksanaan ….
_________________________________________________________________________
*foto di curi dari situs www.acehkita.com
mungkin bagi sebagian rakyat aceh, beliau adalah pahlawan……
jadi pahlawan atau penjahat, tergantung bagaimana akhirnya? hmmmm…
apa yang abeeayang katakan seperti dalam kutipan tulisan saya…..semua pulan dalam konteknya masing2
kalo pahlawan ato bukan susah lah, tergantung siapa yg merasa dibela dan fihak mana yg pernah dimusuhi.
Contohnya Xanana Gusmao, meskipun pernah divonis sebagai penjahat dan menerima sanksi hukum indonesia, namun saya kira banyak masyarakat timor timur memandang beliau sbg pahlawan.
kalo penjahat ato bukan sih tinggal dibuktikan sesuai hukum yg berlaku dimana kita berada
Pahlawan ternyata dia 😀
Penjahat atau pahlawan itu relatif. . . Ya relatif
kalo menurut gw sih dia itu pahlawan… emang iya kan?? hehehe…
kalo menurut abang gimana? pahlawan atau penjahat?
analisis yang bagus untuk memaknai seseorang itu penjahat atau pahlawan.
namun subjektifitas bukanlah cara yang tepat untuk menilai seseorang itu baik atau buruk.
baik tidaknya seseorang itu bisa kita lihat dari bagaimana ia mampu memberi dan bersikap yang baik dan benar, menurut norma agama dan sosial.
terus berkarya dan tetap semangat.
salam
Sudut pandang saya satu lagi pada 2 tulisan muda, “Sudah ditakdirkan bumi Aceh seperti saat ini. Seperti kata pepatah, “panas setahun, disapu hujan sehari”. Aceh selalu dalam keadaan perang, perang, perang dan perang kemudian di sapu tsunami sehari yang menimbulkan kedamain… Barangkali begitu takdirnya…
Pahlawan bagi golongannya, dan Penjahat bagi golongan lainnya.
Saya tidak ingin melihat masa lalu sang hasan tiro .. yang penting adalah hari ini dan kedepan, apa yang bisa ia lakukan untuk Aceh.
Dan apa yang bisa kita berikan untuk tanah rencong yang telah melahirkan kita … darah pertama kita.
Ayo, buat diri kita berguna untuk Aceh yah … *berdoa*
pahlawan atau penjahat?
banyak sisi untuk mengambil penilaian itu…
tapi yang jelas, hasan tiro adalah hasan tiro!!!
*Relativitas akan Objektivitas yang subjektif ….
Hasan Tiro, merupakan pahlawan dan penjahat dilihat dari sudut yang berbeda.
Salam.
Hasan Tiro? Yang jadi pertanyaan saya kenapa baru sempet balik sekarang ya…?
Intinya. Penjahat ataupun Pahlawan keduanya sama2 manusia. Penjahat menghiasi hidupnya dengan keburukan, dan Pahlawan menimpali sisi buruk dengan kebaikan. Keduanya sama2 hidup dan meninggalkan jejak.
Jahat bisa jadi buruk dan yang buruk juga bisa jadi baik. Inilah sifat kita.
beda orang bisa jadi beda pendapat
tapi yang pasti hanya dirinya yang tahu pasti 🙂
Mungkin lebih ‘obyektif’ kalo dia itu dibilang pengecut? Lha wong dari awal sampai akhir dia ngumpet di Swedia…pas ada tsunami aja dia gak dateng. Kalau dari perspektif GAM, yang mestinya dibilang pahlawan ya mereka-mereka yang bergerilya di hutan-hutan Aceh (dan kemudian dengan sukarela menyerahkan senjata dan berbaur dengan masyarakat membangung Aceh).
kyaaa…. saya menemukan bapak mario teguh disini. ehm… fokus….
tapi saya jadi bingung
Pahlawan dan penjahat tergantung sudut pandang. Tokoh-tokoh yang kita anggap sebagai pahlawan, ternyata bagi orang-orang Belanda dianggap sebagai pemberontak!
waw..
dari siapa dan kepada siapa yang di sebut pahlawan itu..
pahlawan yg dinggap penjahat?
atau…
penjahat yg dianggap phlawan?
2 sdut pndang yg saat ini ada di mata rkyat aceh.. mnutu saya lho
Sudut pandang setiap orang berbeda dalam menilai seseorang….
awal dan akhir . saia jadi inget kalimat di film Jurassic Park *hihihi*, “niat yang baik kadang adalah awal dari kejadian terburuk” . Berarti semua itu berkesinambungan. . .
ada beberapa persamaan antara pahlawan dan penjahat.mereka sama2 dikenal dan sama2 mempunyai massa.
mereka menjadi penjahat ketika berada di komunitas penentangnya, dan menjadi pahlawan di dalam pendukungnya.
sama aja kan dengan robin hood??
tapi tetap sy melihat subjektifitas ada di tulisannya muda 🙂
yah namanya opini yah… hehehe 🙂
bingung juga liat kepahlawanan Hasan Tiro, dimana dia (waktu blum terjadi perdamaian) tidak melihat keinginan sebagian masyarakat (bukan bangsa seperti yang disebutkan di atas) Aceh juga ingin tetap bersatu dengan Indonesia.
bingung juga liat kalo dikatakan Hasan Tiro itu penjahat, karena dia membela hak-hak masyarakat Aceh yang terzalimi (waktu blum terjadi perdamaian).
Yah daripada itu, harapan besar saya dan tentunya semua, tercipta damai di bumi Nanggroe Aceh Darussalam.
kenapa saya langsung teringat pada Tan Malaka yah?
Pahlawan atau penjahat itu penilaian yang subyektif, tergantung dari sudut yg mana kita melihat…
Dari pada kita bingung mikirnya, mending buatlah Aceh tetap damai dan tentram. Kita nggak ingin kan Aceh seperti Palestina? Di mana masyarakatnya tiap detik dicekam rasa takut…
Doaku Aceh tetap damai dan tetap menjadi bumi serambi mekah…
Yah.. tergantung siapa yang menilai….
bagi saya, pahlawan adalah orang-orang yang memperjuangkan agama Allah dan mereka yang mempertahankan tanah air dari kafir penjajah.
ketika seseorang di dukung oleh sebuah massa dan massa itu merasa di selamatkan makan dia di anggap pahlawan , tapi ketika dia di kucilkan oleh massa dan selalu beda pendapat maka dia di juluki sbagai penjahat…….sama seperti jaman sekarang……
wahh ….. belum sempat jawab neh ….
awalnya aQ jg sempat bingung waktu kedatangan belian bgtu banyak dieluk2an, p skrg a ngerti ttg bbrp hal….yg terpenting dr kata gelar pahlawan itu dr brp banyak yg bisa diberikan oleh sesorang untuk sesuatu atau untuk neyangkur banyak org, bgtupun dengan sebutan penjahat…sisanya …tergantung dr kisahnya akan berakhir seperti apa….
hey..selamat kamu dapat PR dari Hidayat/…
tugasnya lihat di blog q (mencari ketenangan)..
met bekerja ya
Ok lah mas ….
Hasan tiro untuk sekarang bukan hasan tiro yang dulu, skarang dia hanya robot tua yang hanya mainan politik aja.
Saya hari tuanya yang sangat sengsara, smestinya orang seumur dia waktunya istirahat.
Kita berharap kawan2 di PA tidak mengusik lagi hari tuanya
tsaaaaahhhhhhhh….. pahlawan ato penjahat….???
itu hanya sebuah pilihan ganda…. mw a ato b.. kok gag ada c ya???
saya mending ndak jadi dua-duanya…
jadi diri sendiri ajah…
entahlah.. pahlawan bagi siapa ? atau penjahat menurut siapa ? .. mungkin juga malah bukan siapa – siapa..
ya kita lihat saja kita melihat seseorang dari segi mana..?? bisa saja dari depan nampak sosok pahlawan tetapi dibelakangnya adalah sosok penjahat besar…
mampir ya Mas…
penjahat aja lah …
biar seru. ntar perang. hho
kadang pahlawan..kadang penjahat..may be no maybe yes…he3x
jadi kalo mo jadi pahlawan yang gak usah perang2an… gw musti jadi orang bijak niyyyy… tpi enakan jadi diri sendiri ya… he..he..
eMg siaPa seHh haSan tiRo??
aQ bLom pNah knaLAn,, =(
mkaNya gag knaLL..
Saya bukan orang Aceh. Tapi andai saya anggota GAM, sangat mungkin saya akan sakit hati karena ditinggalkan dalam perang di Indonesia.
Salam
Hmm gw sefaham seeh, makna pahlawan itu sangat subjektif..sebagaimana sejarah yang sangat tergantung siapa penguasa dibaliknya.
Nurut pemahaman yang gw dapet, pahlawan sejati itu adalah sesorang yang berjihad membela agama Alloh pun sebaliknya, tul ga bro 🙂
Sebenernya kita tak pernah tahu sesungguhnya seperti apa, kita hanya bisa menganalisis dari kejadian yang telah ada apakah dia penjahat ataukah pahlawan.
Karena yang tahu sesungguhnya cuma Dia…
bagi mereka yang sepihak menganggap dia sebagai pahlawan, bagi mereka yang bersebrangan menganggap dia sebagai penjahat, saya rasa itu yang paling “fair” …
@ Catshade
*ngakak* 😆
Ahahaha… saya pernah dan masih menyisakan pikiran yang sama begini. Ah ya… saya jadi ingat 26 desember dan hari-hari berikutnya saya menyumpah-serapahi semua petinggi kedua pihak, GAM dan RI (yang diwakili Polisi dan TNI), karena malah sibuk adu senjata saat mayat2 masih gelimpangan.
Dan Mr. Hasan? Ahem… sekotak mie instant pun tak pernah saya dengar dan lihat saat itu… Tidak… Justru yang pertama berlabuh kapal milik negara kafir™ berlabel Kapal Induk Abraham Lincoln. And I asked to myself: Where’s the hero? Where’s the so-called Aceh Fighter? 😀
Ya, ada alasan bahwa saat itu sukar utk pulang. Oke… tapi tidakkah ada satu pun “pertanda” simpati saat itu? Sekedar imbauan pada gerilyawan yang masih di sini utk berempati, untuk menjual jam tangan Rolex dan berpindah dari bungkus2 rokok 234 ke rokok murahan utk menyumbang, misalnya? I never heard something like that 😐
Saya tidak menyatakan ‘pengecut’ saat itu memang. Tapi “keparat-keparat egois” adalah makian yang kena pada siapapun saat itu dari segelintir mulut lancang kami saat itu. Apakah representasi GAM, RI, ataukah para pegiat muslim yang sibuk teriak2 misionaris-jihad-ukhuwah tapi malah lalai dengan lingkaran eksklusif sendiri dengan logo sendiri, ditengah majemuknya bala bantuan saat itu.
Semestinya memang demikian. Bukan gerilyawan yang sudahlah selama perang di posisi dapur tapi pulang-pulang ngaku kombatan paling wahid, utk kemudian nongkrong di komunitas eks kombatan dan dengan pongah sibuk “jual jasa”, kemudian sibuk dengan proyek-proyek utk dapat mobil baru, rumah baru dan istri baru sekalian.
Opini bagus, Catshade! 🙂
@ Muda Bentara
Lama tak singgah di sini, Muda. Peu haba? 🙂
Entah harus senang atau tidak, tapi “kata” yang menarik di sini adalah “relatif”. Sebuah kata mendeskripsikan “zona abu-abu” yang sukar dibelah dalam bentuk dikotomi hitam dan putih, bukan? 😉
Eh ya, sontak saya ingat dengan dialog kita tentang ideologi ini. Ya, seperti abstraknya kata benda bernama Pahlawan dan Penjahat, seabstrak itu pula ideologi, sehingga kata relatif tidak bisa diharamkan. Ternyata waktu sudah mengalir 🙂
Ehm, tentang Hasan Tiro…. Apa yang harus saya katakan, sebagai orang yang lahir, hidup, besar dan (moga-moga) mati di Aceh ini, selain bahwa dia cuma salah satu tokoh Aceh dengan cacat-celanya sendiri sebagai manusia. Bukan sosok agung yang harus saya takzimi hingga membuat saya bias dan subjektif dalam memandangnya.
Pahlawan? Saya harus menggeleng sebagai kata “tidak” untuk ini. Kakek-kakek saya sendiri yang jelas angkat senjata dari 1945 hingga DI/TII lebih enak disebut dengan kata “veteran perang” daripada atribut pahlawan. Terlalu mulia rasanya bagi saya kata-kata itu disandang, sementara jejak-jejak langkah sebelumnya masih bisa layak utk dipertanyakan.
Penjahat? Ehmm… agak negatif, tapi… bisa dicari padanan dengan kata “terdakwa pelaku kriminal”, mungkin?
Bagi yang pro beliau dan GAM, tunggu dulu… jangan marah. Mari letakkan posisinya serupa tak sama dengan para petinggi RI dan militer yang memberlakukan DOM.
Sejarah konflik di sini mencatat bahwa kedua pihak sama-sama memiliki “dosa” pada rakyat Aceh dengan sama-sama korban berjatuhan. Toko-toko milik keluarga saya sendiri diperas oleh kedua belah pihak, yang sering dinafikan oleh petinggi mereka dengan kata “OKNUM”. Tapi… tetap itu bagian dari mereka juga for God’s sake!
Dan korban? Muda, baik yang jadi gerilyawan atau yang didoktrin nasionalisme NKRI dengan menjadi aparat keamanan, keduanya memakan korban. Pengalaman subjektif dalam keluarga sendiri ini.
Lihat samanya dimana? Tidak?
Dari segi tanggung-jawab sebagai pemimpin. Biar lebih
berkesanreligius, lihat saja hadist Rasulullah tentang betapa tiap pemimpin akan diminta pertanggung-jawaban. Dan tidak terkecuali Hasan Tiro sekalipun. Jika dari pihak RI dimintai peradilan atas kriminalitas aparat selama konflik, dari kelas kroco hingga jenderal, maka sikap yang sama harus diarahkan juga pada Hasan Tiro dan lingkaran GAM lainnya. Kita mesti bersikap adil, bukan?Jika tidak ada tanggung-jawab, bukankah itu sikap yang jahat? Dan imbuhan kata utk pelaku hal jahat adalah penjahat, bukan? 🙂
Okelah… sekarang masa damai. Saya sendiri membahas ini bukan utk dendam lama. Tapi utk perihal menempatkan posisi seorang tokoh dalam masyarakat, saya tidak bisa diam atau bersikap subjetif. Harus adil. Konon adil itu ciri orang beriman. Entah mitos atau benar demikian, tapi saya suka dengan “konon” yang satu itu 🙂
By the way, ada kesamaan kita di sini: Tidak bisa menyebut Wali Nanggroe terhadap beliau. Alasan saya simpel: belum ada bukti yang merepresentasikan bahwa rakyat Aceh mutlak memilih beliau sebagai Wali Nanggroe. Sebatas hari ini, beliau adalah Wali Nanggroe utk kalangan GAM dan KPA. Belum untuk saya. Saya sendiri tidak akan memilih orang yang pernah berjuang dalam perang untuk ditempatkan di posisi tinggi, karena rentan akan menjadi bentuk penguasa yang benar-benar penguasa dalam wajah baru. Penguasa, dan bukan pemimpin.
Hehehe.. kepanjangan macam posting saja. Kebiasaan buruk ini. Tapi… yah, sudah lama tidak beropini di blognya 😛
Teruslah menulis! 😉
PS: Kapan pulang ke Meulaboh? Saya masih di Blangpidie ini, ada rencana ke Meulaboh dalam waktu dekat
Assalamu’alaikum, wr wb,
sebelumnya saya cukup senag dengan blog kalin, isinyan bagus, dan karyanya menarik dan dinamis, dan bermanfaat. oleh karena itu saya juga ingin coba bekarya melalui blog saya, terima kasih tema..
salam kenal saya buat semua komunitas blogger dan pecinta dunia internet, dan semua teman yang ada di alam dunia manya ini dan untuk para pengunjung semuanya, semoga kita sama sama dapat membangun aceh untuk lebih maju baik dari berbagai sisi dengan bisa memberikan sedikit ilmu dan waktu kita untuk orang orang yang sangat membutuhkan uluruan tanga kita, terima kasih pada teman semuanya yang telah banyak membantu saya dalam belajar Blog.
semoga ini menjadi tali persaudaraan diantara kita untuk mejadikan ukhwah saling tukar informasi,komunikasi, pengetahuan, pengalaman dan wawasan dalam membangun pribadi baik untuk saling keterbukaan terhadap suatu peroalan generasi kedepan serta dapat menjalin persaudaraan.
Bagi yang mau bantu menyebarkan informasi lowongan kerja, boleh utnuk teman, saudara dan komitas anak internet,
kunjungi blog gue di
http://lowonganker99.wordpress.com
Terima kasih, salam kenal buat semuanya..!!
By, Computer
Aceh harus merdeka… TITIK !!!
terlepas dari kekurangan dan kelemahan beliau sebagai manusia biasa, beliau telah berhasil membangkitkan kembali Nasionalisme Aceh yang sempat hilang dari jiwa orang Aceh, dengan pemikiran dan gerakan beliau, Bangsa Aceh menjadi sadar bahwa Aceh adalah sebuah bangsa yang berdaulat dan Aceh bukan bagian dari Indon Esia,
Alhamdulillah Nasioanalisme Aceh tersebut terus berkembang dan mengakar dalam jiwa Pemuda Aceh saat ini dan siap berkorban demi tegaknya kedaulatan Aceh.
Pahlawan atau bukan, itu hanya penilaian manusia saja, yang sarat dengan kepentingan dan keinginan. Dalam sejarah kehidupan manusia, banyak sekali seseorang yang sebenarnya pahlawan “dijadikan” penjahat.
Sejarawan LIPI Asvi Warman Adam sering sekali mengkritik Pemerintah yang memberi label “seenaknya” sesuai kepentingannya, khususnya di masa Orde Baru. Sebagai contoh: Amir Syarifuddin, Tengku Daud Bereueh, Tan Malaka, Kahar Muzakkar, dll.
Histori bukanlah sejarah yang objektif di negeri ini, tetapi sebuah His-Story (sejarah sang penguasa)… Kelak Hasan Tiro akan jadi Pahlawan jika Aceh memang benar-benar sudah merdeka. Jika tidak, tokoh sekaliber beliau hanya akan dicatat dalam buku sejarah sebagai “pemberontak” dari Aceh, karena sejarah akan diakui jika “diterbitkan” oleh Pemerintah.
Pahlawan atau penjahat tergantung dari pihak mana yang menilai …………
Tungku hasan tiro itu sosok pahlawan bg orang aceh,,,dan plus guru bangsa,,hasan tiro membebaskan kita dari penjajah pusat,.klo ngak lari keluar gugur lah tungku hasan tiro,,,@klo bukanya orang aceh yg penjahat ngomong nya,karna ngak tau sejarah aceh,,masa orde baru kita diperlakukan kayak budaknya jakarta,,hidup pahlawan rakyat aceh,titek